
yang berjejak merah di punggungku.
Kunantikan kecup kecil bibirmu
di setiap inci kulit tubuhku.
Kuimpikan cerewet kicaumu
yang bergema riuh di telingaku.
Ingin aku mengangkat kaki,
berlari kencang menujumu.
Ingin aku menghias diri,
bergoyang menjerat matamu.
Ingin aku melawan matahari,
yang membuatku rapuh untukmu.
Tapi ah..., kau pun tahu, aku tak akan mampu.
Mungkin telah kautemukan tambatan baru
yang tangannya kokoh melindungimu.
Mungkin telah kaucumbui pucuk-pucuk merah
yang sepanjang hari menawarkan gairah.
Mungkin juga telah kau dapatkan telinga lebar
yang menampung kicaumu lebih sabar.
Mungkin hanya si matahari
yang tak pernah bosan mencintaiku.
(Pulau Komodo, Mei 2011)
0 comments:
Post a Comment