
menitipkan pinta yang selalu sama:
agar esok kembali bisa berdoa.
Ketika esok kembali berjumpa,
mulut tahu apa yang harus diminta:
besok kami ingin sampaikan doa.
Harap tak sempat terucap.
Karam di dasar bilik, rayu yang berbisik.
Malu untuk terlalu banyak mau.
Hanya sebuah pinta yang mereka punya
hingga dewa tak mendengar lagi
dan mereka tak lagi berdoa pagi.
(Dieng, September 2009)
0 comments:
Post a Comment