About Me

My Photo
Okky Madasari
Menulis, memotret, merangkai nada, dan menikmati perjalanan adalah hobi tercinta saya. Blog ini hanya kamar penuh serakan gambar dan kata, jejak-jejak pengalaman dan peristiwa. Hak cipta tulisan dan gambar ada pada pemilik blog. Selamat membaca.
View my complete profile

Tuesday, September 08, 2009

on the Road : Kidul

Ini kedatangan saya yang entah sudah keberapa ke Gunung Kidul. Masih tetap sama. Sinar matahari yang mellimpah, langit yang bersih dan biru, jalanan naik turun yang membelah hutan jati, dan tentu saja jajaran pantai yang mempesona.

Kali ini saya datang di tengah garangnya musim kemarau. Daun-daun jati yang kering dan berwarna coklat berguguran, berserakan di sepanjang saya memandang. Setiap mendongak ke atas, saya jumpai batang-batang tanpa daun atau batang-batang dengan sedikit daun yang berwarna coklat, terlihat kontras dengan latar belakang birunya langit.

Sudah begitu banyak cerita yang saya rekam dari jalanan ini. Tentang pacar lama (ehem), tentang semangat persahabatan, juga tentang obsesi naif yang terhenti di tengah jalan. Iya, berbekal kecintaan pada tempat ini, saya pernah mengikuti kompetisi di universitas. Menyusun bayangan ideal tentang sebuah daerah kering yang eksotis dalam lembaran-lembaran kertas. Dan ide itu masih tersimpan dengan rapi dalam satu arsip ingatan.

Seperti membuka kembali arsip lama, kedatangan kali ini menjadi laboratorium berbagai ide dari dua orang naif yang percaya alam telah menyediakan segalanya. Tentang Gunung Kidul masa depan yang memiliki landasan helikopter ( dulu sebenarnya ada, saya sempat berfoto di landasan itu, entah pertimbangan apa sehingga landasan itu dihilangkan :(), tentang penginapan-penginapan yang lebih beradab di sepanjang pantai, dan bagaimana memadukan keindahan pantai dengan tradisi orang-orang Gunung Kidul yang - menurut kami - mencerminkan potret nyata masyarakat Jawa.Dari Baron, Kukup, Drini, Sundak, Siung, hingga Wedi Ombo. Ide-ide itu makin meletup-letup, bersaing dengan rasa marah dan sesal, ketika kami ingat bagaimana jajaran pantai di Phuket menyolek diri dan menjadi tempat yang selalu didatangi. Ide itu juga melemah dibawa angin, ketika kami menyadari hanya Bali lah tempat di negeri ini yang telah diolah dengan sinergi, menyatukan segenap potensi, dan dikenal di seluruh penjuru bumi. Tidak pulau-pulau di Nusa Tenggara, tak juga di Bunaken, atau kepulauan di sepanjang pantai Sumatera.

Memang, pantai-pantai Gunung Kidul adalah pantai yang curam. Beralas karang, berombak besar. Bukan pantai landai beralas pasir yang bisa kami nikmati dengan berenang-renang seharian. Tapi bukankah alam hadir dengan segala ciri khasnya? Lagipula jika ingin berenang, Pantai Baron menyediakan sebuah mukjizat, sebuah muara tempat bersatunya sungai dan air laut. Di situlah kami bisa berenang, di antara dinding-dinding karang, bahkan hingga gelap datang.

Di Sundak, ide-ide kami tertahan oleh sebuah teriakan. Orang-orang berlarian ke pantai. Di salah satu karang sekelompok pemuda terlihat panik. Salah satu diantara mereka terbawa ombak.

"Ya seperti ini, sebenarnya karena manusianya. Manusianya yang ceroboh. Tapi Nyai Roro Kidul yang disalahkan," kata Parti, perempuan yang membuka warung makan di pinggir pantai itu.

Orang yang terbawa ombak telah diselamatkan. Sekelompok pemuda yang ternyata mahasiswa itu meninggalkan karang, menepi ke bibir pantai. Semuanya lega. Kami melanjutkan perjalanan.

1 comments:

Objek Wisata di Pandeglang said...

Objek wisata di indonesia emang gak kalah sama luar negeri...malahan dari keindahan dan keasrian lebih unggul. salahsatunya Pantai Carita dan Pantai Tanjung lesung yng merupakan Objek wisata di pandeglang