About Me

My Photo
Okky Madasari
Menulis, memotret, merangkai nada, dan menikmati perjalanan adalah hobi tercinta saya. Blog ini hanya kamar penuh serakan gambar dan kata, jejak-jejak pengalaman dan peristiwa. Hak cipta tulisan dan gambar ada pada pemilik blog. Selamat membaca.
View my complete profile

Saturday, August 15, 2009

Spasi

Jam 04.30. The Last Word yang dibintangi Winona Ryder baru saja selesai. Itu film kedua yang saya tonton malam ini. Dan mata saya masih tetap terbuka lebar. Otak masih sibuk berkelana, enggan untuk sejenak saja melupakan segala yang ada. Energi saya masih terasa meluap-luap, walaupun sebenarnya raga ini sudah merintih-rintih karena jam istirahatnya dikorupsi.

Saya belum tidur seharian ini. Kemarin pagi, saya bangun jam setengah sembilan setelah berhasil tidur dengan kualitas ala kadarnya, lalu bermain basket sebentar dengan suami. Seharian saya melakukan berbagai cara untuk bisa tidur nyenyak malam ini. Dan gagal lagi.

Malam ini adalah malam kesepuluh saya harus berusaha mati-matian untuk 'sekedar' bisa tidur. Saya kalah dan tertindas oleh kekuatan yang entah dari mana datangnya. Kekuatan yang selalu ingin terjaga, merontokkan raga, dan mungkin sebentar lagi jiwa. Sepuluh malam, saya tak lagi bisa memerintah otak dan pikiran saya sendiri. Saya bisa menghitungnya, karena saya sangat ingat kapan saya menjadi asing dengan diri saya sendiri.

Malam tanggal 5 Agustus 2009 awalnya. Hari itu, saya menyelesaikan calon buku pertama saya. Jumlah kata yang tertulis mencapai 60. 841 kata, dengan jumlah halaman sebanyak 261 halaman. Ada rasa plong ketika perjalanan yang telah saya mulai dari sebuah outline pada 20 April 2009 itu mencapai kata terakhir. Ada rasa puas ketika keputusan saya untuk keluar dari pekerjaan saya mulai 1 Juni untuk konsentrasi menulis ternyata membuahkan hasil. Semuanya berjalan dalam batas waktu yang saya targetkan. Praktis, waktu efektif penulisan buku ini tak lebih dari tiga bulan.

Selama tiga bulan penulisan, saya selalu membayangkan hari ketika saya telah sampai pada kata terakhir. Dalam bayangan saya, itu akan menjadi sebuah puncak pencapaian, dimana rasa puas-bangga-bahagia-bebas bergumul menjadi satu. Saya membayangkan hari itu saya seperti seorang pendaki gunung yang akhirnya berhasil melihat indahnya matahari terbit dari puncak tertinggi. Bisa jadi juga rasanya seperti saat saya selesai ujian SMP lalu diumumkan mendapat nilai tertinggi. Dalam segala pasang surut penulisan, dengan langkah yang kadang terseok-seok dan kadang berlari kencang, kepala saya tegak memandang jauh ke depan, ke hari dimana saya akan sampai di akhir perjalanan saya. Lalu semuanya selesai. Lalu semuanya bebas. Dan saya bahagia. Ternyata saya salah besar.

Justru hari itu menjadi awal siksaan bagi saya. Ketika semunya telah selesai dan tercapai. Ketika saya tinggal duduk santai sembari menunggu proses penerbitan. Ketika saya tak lagi merasa frustasi dengan ide yang tiba-tiba menghilang. Ketika saya tak lagi merasa kewalahan dengan berbagai riset yang membosankan. Saya justru mulai kehilangan segalanya di titik yang menjadi tujuan perjalanan saya.

Selama tiga bulan ini, saya merasa menjadi manusia yang sangat utuh. Jiwa dan raga menjadi milik saya sepenuhnya. Keputusan saya untuk berhenti bekerja dan konsentrasi menulis merupakan sebuah keputusan besar yang sebenarnya sudah jauh-jauh hari saya rencanakan. Saya hanya menunggu waktu yang tepat. Meski demikian, bukan berarti saya tidak menikmati apa yang saya lakukan pada saat saya bekerja. Hanya saja, ada kenikmatan yang berlimpah ketika saya sepenuhnya melakukan apa yang saya sukai untuk mewujudkan apa yang selama ini tersimpan dalam mimpi.

Tiga bulan ini, sepanjang hari saya berada di rumah duduk menghadap laptop yang saya letakkan di meja di samping jendela. Saya hanya keluar rumah untuk memotret, olahraga di pagi hari, berbelanja kebutuhan sehari-hari, sesekali bertemu teman, dan berjalan-jalan di hari Sabtu bersama suami.

Banyak teman yang bertanya apakah saya tidak bosan. Saya selalu menjawab dengan yakin : tidak. Dan justru hari-hari itulah saya merasa dilimpahi begitu banyak energi positif. Semangat, harapan, kebahagiaan, kesehatan, dan perasaan bahwa saya berarti. Saya bangun dengan penuh semangat di pagi hari dan tidur dengan rasa puas dan nyaman di malam hari. Sering juga di siang hari, di sela-sela saya menulis, saya mencuri waktu untuk tidur siang sebentar. Ternyata efeknya begitu dahsyat. Saya menjadi lebih segar dan penuh inspirasi ketika kembali meneruskan kata-kata yang terpenggal. Dan saya kehilangan semuanya sekarang.

Di malam yang kesepuluh ini, saya memikirkan semuanya. Bukan kata terakhir yang menjadi titik puncak kenikmatan itu. Tapi justru ketika kata-kata itu menenggelamkan saya. Saya hanya harus terus menulis tanpa berpikir tentang kata akhir. Hanya supaya saya bisa tidur nyenyak dan bangun dengan enak. Yang lain-lain biarlah menjadi bonus saja.

0 comments: