Saat dia mulai merindukan bau laut, bergulung-gulung di ombak, dan terlentang di atas pasir tanpa kata-kata, dia telah berkompromi untuk saya. Saya berkompromi untuknya, saat saya mulai menghabiskan waktu - dan kini mulai menikmati - menonton film-film superhero bersamanya.
Di satu Jumat malam saat menghadiri malam mappaci sahabat saya, saya melihatnya mematikan telepon genggam. Dia meninggalkan meeting untuk saya. Dia juga tahu, setiap hari saya mencari The Jakarta Post hanya sekedar untuk mengetahui apa yang telah ditulisnya.
Hubungan dua manusia, tidak sama dengan dagang, dimana satu barang harus ditukar dengan barang lain yang nilainya setara. Jika kita punya cabe, sementara yang orang butuhkan adalah kecap, kita tak harus memaksakan diri menyerahkan cabe untuk mengganti roti yang telah dia berikan. Dia juga tidak perlu memaksakan diri makan gudeg meski saya telah belajar makan konro.
Ketika dia terus bicara loe-gue, sementara saya menginginkan menjadi aku-kamu, kami tak mencapai titik temu. Dia tidak berubah menjadi aku-kamu, dan saya tetap bicara aku-kamu. Saya meminta, dia berhak menolak. Saya baru sadar, itulah arti lain kata kompromi.
Saat dia tak mengharuskan perayaan pernikahan dalam adat
Ketika dia menghabiskan waktu dengan bicara tentang pekerjaan, saya tahu menjalin hubungan berarti belajar untuk lebih mendengar. Dan ketika saya terus-terusan bercerita tentang sahabat-sahabat saya, ia memahami hakikat berhubungan adalah semakin mengenal satu sama lain.
Anyer, 19-20 Juli 2008
5 comments:
kapan kamu rencana nikah Ky?? ;p
tenang aja, kalo udah mendekati waktunya undangan pasti sampai:) harus dateng lho ya!!!
tulsan yang sangat bagus dan inspiratif. kamu pandai sekali menulis bu...
Tanda-tandanya untuk next level of relationship nih...ditunggu ya undangannya :)
okky...your writing relates me so much. mudah2an kita bisa melakoninya sampe tua yaahhh
Post a Comment