About Me

My Photo
Okky Madasari
Menulis, memotret, merangkai nada, dan menikmati perjalanan adalah hobi tercinta saya. Blog ini hanya kamar penuh serakan gambar dan kata, jejak-jejak pengalaman dan peristiwa. Hak cipta tulisan dan gambar ada pada pemilik blog. Selamat membaca.
View my complete profile

Thursday, November 08, 2007

Surat di Inbox


*) buat Tussie

Aku masih belum meyakini, apakah aku tengah berempati atau bersimpati. Benarkah aku bisa ikut merasakan apa yang orang lain rasakan atau sekedar menghela napas panjang sambil mendesis : untung bukan terjadi pada aku.

Aku agak punya masalah dalam hal mengekspresikan perasaan. Aku selalu ingat sepucuk surat dari kekasihku di hari ulang tahun yang ke 19. Di surat itu dia minta agar sekali saja aku ucapkan "I Love You". Aku tersenyum dan merasa malu. Tak pernah terpikirkan untuk mengucapkan kata-kata seperti itu - bahkan pada orang yang aku cintai. Dan esok harinya, saat kami bertemu, aku paksakan diri untuk mengatakannya. Dengan sangat cepat, tanpa berani menatap wajahnya.

Aku juga tak pernah bisa mencari kalimat yang tepat untuk menyampaikan rasa ikut bersuka cita, rasa ikut bersedih, bahkan amarah. Pernah aku tak mengucapkan selamat ulang tahun pada seorang sahabat, yang jelas-jelas mengajakku makan malam untuk merayakan ulang tahunnya. Alasannya : aku bingung harus bagaimana.

Dan hari ini aku sangat tidak tahu harus berkata apa padamu. Tahukah kamu, aku bahkan tak mau menatap wajahmu dan berusaha selalu menghindarimu. Aku hanya berani melihatmu dari belakang, sambil menerka-nerka apa yang kamu pikirkan dan kamu rasakan.

Aku kira kamu sedang bekerja dengan cepat, agar bisa segera pulang dengan kekasihmu, lalu menangis tersedu di pundaknya. Tidak, kalian tak akan berkata apa-apa. Karena tangisanmu dan pundaknya telah bercerita lebih banyak melebihi yang mampu diungkapkan dengan kata-kata.

Mungkin juga kamu sedang mengingat-ingat apa yang dilakukan Santiago. Lalu kamu memejamkan mata dan berperan menjadi penggembala yang tengah mencari harta karunnya. "Tidak apa-apa, biarkan saja," begitu kata mu pada semua orang.

Aku tak pernah tahu pasti apa yang kamu lakukan. Sebagaimana aku tak pernah tahu apa yang bisa ku lakukan.

Aku hanya tahu, segala sesuatu akan berubah mulai hari ini.

Satu surat dalam inbox- yang kurasa- telah merubah pikiran banyak orang hari ini. Sebuah miniatur dari wajah dunia versi orang-orang realis. Bahwa tak ada manusia baik di dunia ini. Setiap manusia hanyalah hewan yang bergerak dan berbuat berdasarkan nafsu perut dan birahi.

Bahwa masing-masing kita juga harus menyiapkan persembunyian yang aman untuk tetap bertahan hidup. Bukan untuk menghindari peperangan, hanya agar tak mati dengan kekonyolan.

Satu surat elektronik telah memberi penjelasan, bahwa kita terkadang terlalu naif dan mengharapkan segala sesuatu berjalan dengan ideal. Hari ini kita sadar, tak semua keadaan bisa kita rubah dengan keringat dan kerja keras.

Aku hanya tahu, segala sesuatu akan berubah mulai hari ini. Kekuatan, kesabaran, dan keiklhasanmu. Tuhan mengasihimu dengan cara yang sangat indah.

Mari teruskan perjalanan. Angin utara telah memberi kabar.




5 comments:

zen said...

Bagus catatanmu yang ini. Beneran.

Anonymous said...

keren Ky, gua aja gak kebayang bisa nulis ttg imbox itu...hahahaha, btw dia memang sering terluka oleh para atasan yang kekanak-kanakan itu.

semoga malam esok kejelasan dan secercah cahaya bisa menenangkan perjalanan karirnya.

good girl...i like u blog (seriusly, saking seriusnya)hehehe

Tussie Ayu said...

okky, terima kasih banget...I really appreciate it...gw ngga tau apa yang bisa gw lakukan tanpa kalian..it means a lot for me...gw hampir aja nangis baca email dari lo ini...ngga bener kalo lo ngga bisa merasakan yg orang lain rasakan..lo bisa merasakan persis seperti yang gw rasakan...

gw ngga mau ambil pusing sama semua ini...RJ bilang, pasti Allah sudah merencanakan sesuatu yang hebat buat gw di balik semua ini, and I believe that...

Bonnie bilang, kalau mau jadi pohon kelapa, harus berani menentang angin...kalau tidak mau jadi pohon kelapa, jadi rumput saja...jadi rumput tidak akan diterpa angin atau disambar petir! tapi rumput akan diinjak-injak oleh kerbau! dan gw lebih memilih jadi pohon kelapa...selama-lamanya gw gak akan mau menjadi rumput yang diinjak-injak kerbau!

gw ikhlas ki nerimanya...apalagi kalau bukan ikhlas dan sabar? cuma itu yang dimiliki reporter kurcaci kayak kita ini...tapi sabar bukan berarti diam...sabar bukan berarti mengalah pada nasib...sabar bukan berarti tidak akan meluruskan kesalahan...ini tetap harus diluruskan...tapi tidak dengan cara-cara reaksional seperti itu...

makasih ki...gw ngga takut kok hehehhee...doain gw kuat dan bisa menjalaninya dengan cara yang baik dan benar...

Anonymous said...

Hello dear, it's been so long i don't hear from you. Having read your resent writing, i know how difficult it is to express your feeling cause sometimes i experience the same thing. However, i always keep in my mind how precious our care for others, even just a little greeting and concern. I am hopeful you can do your own way dear:)

L. Pralangga said...

Dear Okky,

Thanks for this posting as it has been an interesting lines to read. Expressing ideas may seems easy but to some extent may have been a tremendous thing to do :)

Glad to have found this blog and regards from West Africa.