BUPATI cantik itu berbicara setengah histeris. Nada suaranya tinggi, penuh amarah. Matanya membelalak, masih terlihat merah, pertanda baru saja mencucurkan air mata.
Mungkin dia hanya berpikir tentang betapa indahnya kehidupan dengan pundi-pundi kekayaan yang dimiliki. Tentang jumlah mobil dan banyaknya rumah. Tentang kehormatan dan kekuasaan. Kini, alih-alih menikmatinya, penjara justru yang didapatkan.
Vonnie bukanlah satu-satunya. Hampir setiap hari saya menyaksikan tangisan, amarah, dendam, juga sesal dari pesakitan-pesakitan kasus korupsi di negeri ini.Orang-orang yang semula hampir telah mendapatkan segalanya dalam hidup mereka. Karier cemerlang yang terwujud dalam jabatan, harta yang berkecukupan, kehormatan, dan nama besar. Segalanya dinikmati dengan cinta yang melimpah dari orang-orang terdekat.
Orang-orang yang telah lama bekerja keras. Memeras keringat dengan harapan dapat menikmati kebahagiaan hidup di dunia. Menumpuk kekayaan agar bisa hidup berkecukupan sampai akhir hayat, juga untuk keturunannya.
Beberapa diantaranya telah berusia senja. Masa-masa dimana hari-hari diisi dengan berlibur di rumah tepi danau bersama anak dan cucu. Saat seharusnya dia menikmati hasil kerja keras selama bertahun-tahun, bukan malah duduk seorang diri dalam sel sempit dan dihujat orang setiap hari.
Manusia seringkali lupa, ketika semua telah dimiliki dengan sempurna, saat itulah kita akan kehilangan.
*) foto : mantan Gubernur Kalsel, Sjachriel Darham, sholat berjamaah dengan istrinya di Pengadilan Tipikor di sela-sela sidang korupsi yang dilakukannya.
1 comments:
Memang...untuk urusan dunia, manusia ga pernah ada puasnya. Mudah2an kita tidak mudah tergoda ya, melakukan hal yang merampas hak orang lain bagaimanapun bentuknya:)
Post a Comment