About Me

My Photo
Okky Madasari
Menulis, memotret, merangkai nada, dan menikmati perjalanan adalah hobi tercinta saya. Blog ini hanya kamar penuh serakan gambar dan kata, jejak-jejak pengalaman dan peristiwa. Hak cipta tulisan dan gambar ada pada pemilik blog. Selamat membaca.
View my complete profile

Friday, June 15, 2007

Lungkrah



Seorang pejalan jauh, memperkenalkan saya pada satu kata ini : Lungkrah. Meski orang Jawa, besar di Jawa, dan menggunakan Bahasa Jawa sejak lahir, saya baru tahu istilah tersebut baru-baru ini. Saya pun merasa perlu menanyakan artinya pada seorang teman.

"Capek," jawabnya singkat.

Lalu saya menjadi sering memikirkannya. Seperti anak kecil yang mendapat mainan baru dan terus mengamatinya. Apalagi kalau saya merasa capek dengan badan yang pegal-pegal, sehingga semalaman sulit tidur. Kebiasaan saya yang cukup nyentrik. Orang biasanya akan mudah tidur jika kecapekan, tapi saya justru sebaliknya.

Hobby saya berenang dari sore hingga malam pada akhirnya juga membawa masalah. Rasa segar dan kepuasan yang didapat, harus ditebus dengan kegelisahan sepanjang malam karena ternyata saya kecapekan. Padahal, sumpah, saya tak pernah merasa capek karena berenang.

Lalu seorang teman menasihati agar saya minum segelas susu hangat sebelum tidur, jika sorenya berenang. Ada juga yang menyarankan agar saya tak berenang lebih dari satu jam. Tapi tetap saja, saya harus melewati melewati malam detik demi detik.

Lebih dari setahun tinggal di kota ini, saya memiliki banyak permasalahan dengan tidur. Tidur - yang dulunya sebuah rutinitas ketika malam, ketika merasa ngantuk, dan ketika pingin, kini jadi barang mahal.

Tidur bukan lagi aktivitas yang dilakukan karena saya inginkan. Menuju tidur adalah sebuah perjuangan panjang. Melewati detik-detik jam, memencet remote televisi tanpa tahu yang ingin ditonton, membolak-balik halaman buku tanpa bisa membaca satu huruf pun. Hingga akhirnya tertidur saat capek terakumulasi lewat jam 2 dini hari.

Pernah saya berpikir untuk memanfaatkan waktu panjang menjelang tidur untuk kegiatan produktif. Saya hidupkan laptop, dan saya bayangkan diri saya sebagai Umar Kayam yang menghasilkan masterpiece saat badannya sudah lelah dimakan usia.

Lalu saya sadar, bukan hanya badan saya yang pegal-pegal, pikiran pun lelah. Meski saat menulis Para Priyayi, Umar Kayam sudah lebih setengah abad, pikirannya tidak lelah.

Saya temukan makna lain dari lungkrah.

Bukan, saya rasa bukan sekedar capek dalam arti fisik.
Pikiran yang lelah, hati yang berasa usang.

Siklus yang sebenarnya terus berulang dan harus disembuhkan dengan takaran yang tepat.

Saya tahu apa obatnya. Sayang, apotik langganan tak selalu buka di saat yang dibutuhkan.



*) foto3 oleh Yudhi Sukma, Subang, Jawa Barat

3 comments:

zenrs said...

"Saya tahu apa obatnya. Sayang, apotik langganan tak selalu buka di saat yang dibutuhkan."

Melihat caramu merumuskan "lungkrah", saya menduga, apotek langganan yang tak selalu buka saat dibutuhkan itu bukanlah sebuah gedung/ruko yang dipenuhi rak-rak obat plus seorang apoteker yang cermat.

Apotek langganan itu, barangkali....

(post-script: kamu seperti detektif linguistik, hehehe...)

Trian Hendro A. said...

*melihat tulisan-nya

saya nebak yang dimaksud apotik langganan itu, dan saya yakin itu tebakan (mendekati) tepat! haha

Anonymous said...

numpang trekbek mbak ke blognya, kebetulan posting tentang lungkrah, dan ditanya kawan ttg artinya, setelah browsing sana-sini terdampar dimari :)

btw, kagama juga yak? saya juga, dari FE angk. 98, salam kenal aja dari Padang :)