About Me

My Photo
Okky Madasari
Menulis, memotret, merangkai nada, dan menikmati perjalanan adalah hobi tercinta saya. Blog ini hanya kamar penuh serakan gambar dan kata, jejak-jejak pengalaman dan peristiwa. Hak cipta tulisan dan gambar ada pada pemilik blog. Selamat membaca.
View my complete profile

Wednesday, June 20, 2007

Empat Malam Tiga Hari

Seno Gumira Adjidarma, dalam satu cerita pendeknya - Linguae - menggambarkan dengan sangat "hidup" bagaimana sepasang kekasih tengah berciuman dan bermain lidah. Dua wajah yang berada terlalu dekat - bahkan tak berjarak - justru tak mampu melihat satu sama lain. Alih-alih menikmati kegantengan atau kecantikan pasangan, hanya gelap yang terlihat.

Sebuah analogi yang tepat dalam menggambarkan sebuah hubungan dan pencitraan yang ditimbulkan. Hubungan dan ikatan yang terlalu dekat justru mengaburkan keindahan yang ada. Hanya sisi buruk yang terlihat, dan keindahan di tempat lain yang justru terbayang.

Lahir, tumbuh, dan tinggal hingga lulus SMU, di Magetan, membuat saya menganggap segala yang ada di kota itu sebagai sesuatu yang biasa dan tak istimewa. Sebuah kota kecil, sepi, hawa dingin khas gunung, sawah dimana-mana, pusat perbelanjaan yang hanya pasar tradisional, dan sebuah telaga yang selalu di elu-elukan.

Tak ada yang lebih diidamkan seorang gadis berusia belasan, selain sebuah kota penuh hingar bingar, dengan mall yang megah, bioskop yang memutar film Ada Apa Dengan Cinta, tempat kursus Bahasa inggris atau les musik yang ternama. Bukan sebuah kota yang bahkan untuk membeli kado ulang tahun ke 17 seorang kawan saja mesti pergi ke kota sebelah - Madiun - yang jaraknya 30 kilometer lebih.

Lalu saat itupun datang, keharusan yang sebenarnya bagi saya saat itu lebih terasa sebagai kesempatan besar. Meninggalkan kota kelahiran untuk menetap di kota lain yang tentu saja lebih besar, ada mall, ada bioskop meski filmnya tak selalu terbaru, dan tentu saja ada universitas negeri yang saya impikan.

Kota kelahiran pun makin terlupakan. Selain keberadaan keluarga yang tak terhapuskan, hanya tinggal setumpuk album kenangan dan sms bertukar kabar dari kawan SMU yang masih tersisa dari kota itu.

Jogja pun makin memikat. Dinamika kehidupannya, aktivitas kebudayaanya, dan panggung kreativitasnya. Hatipun telah memilih sebelum waktunya : di kota inilah kelak masa depan terenda.

Sekarang di kota ini. Butuh satu malam naik kereta ke Jogja lalu disambung empat jam jika ingin ke Magetan. Jarak yang tidak dekat untuk bisa merasakan keindahan Magetan yang sebenarnya. Juga jarak yang cukup jauh, untuk bisa merasakan hawa Jogja yang sebenanrnya terlampau garang.

Semua terlihat jelas dari kota ini.Sebuah kota yang nyaris punya segalanya - kesempatan, karier, dan kesenangan. Meski tak ada bau gunung dan suara ombak, dari kota ini semua agenda perjalanan bisa dirancang.

Empat malam tiga hari yang sempurna.
Jakarta, Jogja, dan Magetan.

Empat malam, dimana mata dapat terpejam dengan ringan.
Tiga hari, dimana kedamaian dan kebahagiaan terasa.

Tapi bukan keduanya rumah saya saat ini.
Bukan Magetan, bukan pula Jogja.

Rumah adalah kehidupan.
Disana ada kemandirian dan masa depan.

Rumah orang tua, tentu bukan rumah bagi saya saat ini. Rumah itu ibarat sumber mata air yang saya datangi ketika botol air minum teman pengembaraan telah kosong. Mengisi hingga penuh untuk melanjutkan perjalanan lagi, bukan untuk diam dan menikmati airnya sepanjang sisa waktu.

Jogja?
Rumah adalah tempat dimana saya bisa melakukan banyak hal tanpa penunjuk arah.
di kota itu ternyata saya masih sering tersesat jika penunjuk arah menghilang.

Saya pun kembali.
Ke kota yang kadang terasa tidak bersahabat ini.
Karena inilah rumah bagi saya saat ini.
Entah esok, entah lusa.


*) Blue Sky from Lion Air, by Okky P. Madasari
**) FKY 2007, Benteng Vredenburg, by Dedy Prambodo
***)Sarangan, Magetan, dok keluarga



4 comments:

dedykontak said...

hay kpn nyampe jkt?ada yg hilang/kurang dalam tulisanmu.ga usah aku tulis disini yo.tp aku kira km dah pasti tau.jangan buta akan cinta yooooo, tapi juga jangan mau dibutakan oleh cinta.have fun guys

Anonymous said...

Jogja memang selalu menawan...
Kapan ya..punya kesempatan tinggal dan kerja di Jogja?!?!? Suatu saat harus bisa!!!!

zen said...

Kamu tersesat di Jogja? Denotatif atau konotatif kah kata "tersesat" di situ?

Kamu ke Vredeburg toh kemarin? Saya biasa di sana kalau menjelang subuh.

Oh ya, thanks untuk do'anya. Adik kecil ku udah kembali ke rumah dengan sehat. Yang tidak sehat dompet kakaknya krn harus menebur acara tidur2an di Panti Rapih selama 10 hari.

Anonymous said...

PADAHAL, JOGJA ADALAH SALAH SATU KOTA YANG PALING KUHINDARI..KOTA YANG PENUH ..( TIIIIITTTT-gak lulus sensor)......