About Me

My Photo
Okky Madasari
Menulis, memotret, merangkai nada, dan menikmati perjalanan adalah hobi tercinta saya. Blog ini hanya kamar penuh serakan gambar dan kata, jejak-jejak pengalaman dan peristiwa. Hak cipta tulisan dan gambar ada pada pemilik blog. Selamat membaca.
View my complete profile

Sunday, March 11, 2007

REUNI


"Mbak, kayaknya saya sering lihat Mbak dech," ujar seorang laki-laki sambil menyodorkan tangan kanannya. Saya pun berusaha memutar ingatan. Pelan-pelan saya amati mukanya dan seluruh atribut yang dikenakannya. Kaos putihnya serupa dengan beberapa orang yang tadi berjejer di pintu masuk. Ada ID Card yang dikalunginya. Sudah pasti dia salah seorang dari panitia acara. Teman jurusan? Sudah pasti bukan. Fakultas? UKM? BEM? Mungkin saja. Tapi saya tak jua berhasil mengingatnya.

"Oh ya?" jawab saya singkat setengah bertanya. Saya pikir itu jawaban paling aman dan paling sopan saat itu.

"Iya, sering banget," jawabnya tegas. "Emang dulu Fakultas apa? Saya dari Ekonomi? Pernah ikut Balairung?," lanjutnya.

"Oh..mungkin emang kita pernah ketemu. Bisa di Balairung atau jangan-jangan di jalan," saya jawab dengan nada bercanda. Tanpa buang-buang waktu, saya sebutkan nama, jurusan, dan angkatan. Disertai dengan sedikit bertukar info tentang kegiatan kuliah. Tak penting lagi apakah saya pernah bertemu atau mengenalnya sebelumnya. Toh, bagi orang seperti saya - yang belum ada dua tahun menanggalkan status mahasiswa - Reuni bukanlah semata ajang klangenan, untuk bertemu dengan kawan lama yang puluhan tahun terpisahkan jarak dan kesibukan. Lebih dari itu, Reuni menyediakan sebuah pintu untuk berbagai kemungkinan yang belum diketahui.

******
DARI asal usul katanya, Reuni konon berasal dari kata Re dan Uni. Re merupakan koleksi kata Bahasa Inggris yang berarti kembali. Uni, juga vocabulary dari negeri tersebut. Artinya satu. Dua kata dalam bahasa Inggris disatukan sehingga menjadi sebuah kata dalam Bahasa Indonesia. Secara harfiah, artinya kembali menjadi satu. Epistemologi bahasa yang amburadul. Benar-benar bagian dari 'kekhasan' Indonesia.

Secara istilah, Reuni merujuk pada kegiatan berkumpul kembali 'komunitas' yang telah terpecah. Teman sekolah, teman kerja, dan berbagai persamaan identitas lainnya. Senafas dengan peribahasa "Mengumpulkan Tulang berserakan", Reuni merupakan wadah orang-orang yang dulu pernah menjadi satu bagian dalam kehidupan namun kemudian terpisahkan sesuai jalan hidup masing-masing dalam jangka waktu yang lama.

Bertemu di suatu tempat, bersalaman, berciuman, dan berpelukan. Berbagi cerita tentang hidup mereka masing-masing, tentang keluarga, anak, bahkan jumlah cucu yang telah dimiliki. Juga tentang rambut yang mulai memutih, gigi yang mulai ompong, badan yang jadi gembrot, juga keriput yang dulu tak pernah ada.

Diiringi lagu-lagu yang populer pada zamannya, pembicaraan pun berlanjut. Ingatan mereka berjalan. Semua yang selama ini terlupa kembali bisa diceritakan dengan runtut. Tentang kebodohan masa muda, manis dan pahit percintaan, tentang cita-cita yang gagal tercapai. Tawa berderai. Sesekali bahkan ada teriakan. Mungkin ada juga yang mengumpat dalam hati. Menyesalkan waktu yang tlah berlalu, tanpa sempat melakukan hal bodoh yang bisa dipamerkan hari ini. Sungguh, semua telah lupa dengan usia dan hidup yang sebenarnya. Untuk sesaat semua telah turut dalam kereta waktu yang membawa ke masa lalu.

Seolah Reuni telah membawa nafas baru bagi mereka semua. Meniupkan semangat kehidupan. Sebuah kebahagiaan, kesetiaan, dan kejujuran. Pemahamam akan kebutuhan seorang manusia : menjadi bagian dari yang lainnya. Bahkan, mereka telah lupa bahwa hidup tak selamanya. Tak ada kematian khusus hari ini.

******
REUNI juga bisa disejajarkan dengan beberapa kata lainnya, meski maknanya bisa berbeda : Gathering, Arisan, Pesta, atau Pertemuan saja. Semua orang datang untuk tertawa dan berbagi suka. Tak ada tempat untuk duka dan air mata.

Semua orang mengenakan pakaian terindah. Perhiasan terbaru. Tampilan fisik yang serba menawan. Film Arisan karya Nia Dinata, telah menggambarkan dengan cukup cerdas bagimana sahabat menjadi satu (Reuni) dan melakukan arisan. Semuanya menjadi orang lain. Menceritakan dirinya sebagaimana yang diharapkannya-bukan dirinya sebagaimana adanya. Semua masalah terlupakan - atau lebih tepatnya pura-pura dilupakan. Terkunci rapat dalam sebuah peti rahasia di sudut hati dan di bongkahan memori. Tetap ada dan kerap mengganggu. Namun tetap tak boleh terlihat.

Reuni - mau tidak mau - sering menjadi ajang mencari pengakuan atas pencapaian. Jabatan, karier, nama besar, kekayaan, atau bahkan istri yang rupawan. Semua orang saling bercerita, namun secara bersamaan, dalam hati mereka terus mencari tahu pencapaian lawan bicaranya. Diam-diam mengagumi atau bahkan iri, hingga akhirnya bermuara pada ketidakpuasan pada diri sendiri.

Lihat saja, bagaimana sesorang yang kebetulan merasa 'tidak sukses' akhirnya tidak berani datang dalam Reuni. Seolah dia ingin tenggelam dalam perut bumi. Jauh dari segala hiruk pikuk. "Biarlah semua kenangan kusimpan dalam ingatan indahku," mungkin itu katanya dalam hati.


*) foto mahasiswa Fakultas Jurnal Nasional, Universitas Gadjah Mada, usai menghadiri Reuni Kagama di Gedung Pewayangan, TMII, 11 Maret 2007. "Semangat sebuah kebersamaan." Picture by Januarti Sinarra Tjahjadi. Lokasi : atap gedung Jurnas, Pemuda 34








1 comments:

Anonymous said...

hmmmm, menyegarkan kembali kenangan silam yg hampir berkarat; memetakan kembali wajah2 yg sudah banyak brubah.... salam.