About Me

My Photo
Okky Madasari
Menulis, memotret, merangkai nada, dan menikmati perjalanan adalah hobi tercinta saya. Blog ini hanya kamar penuh serakan gambar dan kata, jejak-jejak pengalaman dan peristiwa. Hak cipta tulisan dan gambar ada pada pemilik blog. Selamat membaca.
View my complete profile

Wednesday, November 08, 2006


Warna-Warni Islam Negeriku

Judul ini saya ambil dari tulisan blog seorang kawan. Menarik sich, cuma dalam hati sambil berujar : Busyet keduluan nulis!!

Yah, seperti yang sering terjadi setiap tahun, hari raya Idul Fitri dirayakan pada dua hari yang berbeda di negeri ini. Tahun ini, Muhamadiyah menyatakan hari Idul Fitri jatuh pada hari Senin (23/11), sementara pemerintah dan NU menetapkan Idul Fitri jatuh pada hari Selasa (24/11).

Bagi saya pribadi, yang telah mengalami sedikit transformasi diri dan pola pikir, perbedaan seperti itu sungguh bukanlah hal yang perlu dipermasalahkan. Bahkan, untuk sekedar membicarakan lebih jauh tentang perbedaan itu saja malas.

Sudah cukup bagi saya untuk mengetahui dasar perhitungan apa yang digunakan untuk menetapkan masing-masing hari. Apakah hisab, rukyat atau ramalan semata. Tak ada pula yang perlu dilakukan, bagi saya pribadi, selain meyakini salah satu hari dan kemudian menghormati orang lain yang meyakini hari yang berbeda. Sungguh bukanlah sebuah hal yang perlu diperdebatkan apalagi dipermasalahkan.

Tapi, keadaan di kampung kemarin masih jauh dari harapan. Memang sih, minoritas yang meyakini hari yang berbeda sudah berani ‘unjuk gigi’ dengan melakukan sholat Ied di lapangan terbuka. Suara takbir diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu masyarakat lain yang masih berpuasa.

Bandingkan dengan masa orde baru. Kelompok yang meeyakini Idul Fitri jatuh pada hari yang berlainan dengan pemerintah hanya bisa menyelenggarakan sholat di rumah. Itupun dengan sembunyi-sembunyi dan penuh kekhawatiran.

Kini, semuanya bebas. Apalagi di kota-kota dimana kelompok yang berbeda dengan pemerintah menjadi mayoritas.

Kalaupun ada yang masih disayangkan, sikap masyarakat terutama yang tinggal di kampung, dan mungkin masih berlaku pada kebanyakan masyarakat Indonesia.

Siapa saja yang sholat hari Senin dibahas. Sebaliknya, yang memilih sholat hari Senin menganggap remeh yang sholat hari Selasa.

Dan ini benar-benar terjadi pada masyarakatdi kampung halaman saya.

Sedih sih dan merasa malu dengan diri sendiri. Karena bagaimanapun saya berada di tengah situasi itu. Diam berarti membenarkan. Padahal, di saat bersamaan saya punya agenda besar tentang pluralitas di Indonesia...


2 comments:

Trian Hendro A. said...

Warna-warni Islam negeriku...

kalau berbeda sehari, itu sering kita dapatkan.
ada juga yang hari minggu, selasa dan bahkan sabtu.
tapi, bukan wilayahnya untuk membahas.
btw, cukup fair pendapatnya.
dan selalu saja kesadaran dibenturkan dengan realita.

*masih ada "proyek" nulis khusus tentang sebuah warna islam negeri ku

Anonymous said...

ki, kamu masih single nggak sih... kenalan donk:)