Tiap libur menambang
pada akhir pekan
kau ajak aku pacaran
di balik bebatuan.
Duduk bersembunyi
sambil tanganmu mencari
yang tersembunyi.
Telapak yang kasar
meremas susuku yang besar.
Mulut berasap timah
melumat bibirku yang pasrah.
Badanmu yang tak terurus
melekat di tubuhku yang mulus.
Tiap kata adalah bunga,
tiap tawa jadi permata.
Hingga perut keroncongan
berontak minta makan
dan kering kerongkongan
menagih segelas minuman.
Kau keluarkan dompetmu
yang tebal dengan janji.
Kau beli batu-batu
dan segelas air biru
untuk kita nikmati.
(Belitung, Oktober 2011)
Monday, January 02, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment