Tubuhmu begitu tinggi.
Nyeri menggerayangi kaki.
Ingin aku berhenti
tapi lambaian tangamu
memanaskan hati.
"Kau menyerah?"
tanyamu bikin gerah.
Senyummu mengundang gairah.
"Ah, mendakiku saja kau tak mampu."
Kau makin kurang ajar,
hatiku kian terbakar.
Kubuang beban punggungku.
Kutinggalkan kaki-kaki manjaku.
Kulepaskan kepala besarku.
Aku menujumu
hanya dengan hatiku.
(Rinjani, Juni 2011)
Wednesday, January 04, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment