Besi panjang itu
tinggalkan Padang
tanpa penumpang.
Ia penuhi janjinya
untuk selalu pulang
tiap akhir pekan.
Duka mengemudikannya,
Sepi duduk di bangkunya,
Tangis berdiri di tiap deritnya.
Tiap bukit yang ia lalui
menyeka air matanya.
Tiap sungai yang ia jumpai
membasuh pedihnya.
Sawah-sawah hijau
mengairi kering hatinya.
Besi panjang itu
pulang ke Pariaman
yang telah hilang.
(Pariaman, Oktober 2009)
Thursday, January 12, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment