Rumah tanpa pintu,
pemiliknya tak mau ada tamu.
Suami istri pemilik rumah itu
tak pernah membeli sesuatu.
Tiap hari mereka memasak kata
yang bahannya diawetkan lama
dalam lemari pendingin mereka.
Mereka menonton televisi
yang bergambar wajah sendiri.
Mereka tak butuh baju,
tak ada yang perlu malu.
Saat jemu mereka berjalan-jalan
di halaman perasaan,
menangkap segala yang indah
dan memabukkan.
Bertahun-tahun tak ada yang kurang
Kata-kata selalu terhidang,
tak perlu lagi dimasak matang.
Sampai akhirnya mereka merasa bosan,
dan tak mampu lagi melawan.
Sepanjang hari mereka hanya duduk,
mengelus punggung kian bungkuk.
Mulut semakin lemah bicara,
tapi mereka masih harus punya kata,
untuk perut yang tetap meronta.
Suami istri itu terkurung usia,
menanti malaikat menyapa.
Mereka lupa,
rumah itu tanpa pintu
dan tak ada yang bisa bertamu.
(Lawang Sewu, September 2009)
Wednesday, December 14, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment