Sejak sekolah dibangun di sini
kami tak boleh melamun lagi.
Rimba pikiran kami digunduli,
ditukar dengan kota dalam kata-kata.
Ladang mimpi kami dipagari,
dirampas dengan uang dalam angka-angka.
Kami dikurung sepanjang hari:
menghafal yang tak kami mengerti,
tertawa meski tak menghibur hati,
memimpikan yang bukan keinginan kami.
Hingga satu subuh sekolah kami rubuh,
diamuk pohon-pohon yang enggan berbohong,
dirusak rusa-rusa yang kelaparan,
dihancurkan bapak ibu kami sendiri
yang telah kehilangan mimpi.
Kini kami bisa melamun lagi.
(Melawi, Agustus 2007)
Tuesday, December 20, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment