Ribuan wajah
tergambar di angkasa,
memburu langkah
yang berpaling muka.
Ribuan dendam menggelegar
seperti dentum halilintar.
Aku berlari jauh
ke ujung daratan,
membasuh peluh
di lautan.
Udara tak berwajah,
hanya amis darah dan amarah.
Aku melolong
memanggil penolong.
Tak ada yang datang
ke pulau terlarang.
Udara kembali berwajah,
aku rebah ke tanah.
(Pulau Buru, Oktober 2010)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment