About Me

My Photo
Okky Madasari
Menulis, memotret, merangkai nada, dan menikmati perjalanan adalah hobi tercinta saya. Blog ini hanya kamar penuh serakan gambar dan kata, jejak-jejak pengalaman dan peristiwa. Hak cipta tulisan dan gambar ada pada pemilik blog. Selamat membaca.
View my complete profile

Tuesday, October 28, 2008

Kenapa?

Tidak mudah menyusun kata-kata yang tepat untuk menjawab satu pertanyaan : Apa yang membuatmu yakin untuk menikah. Dan semakin sering pertanyaan itu diajukan, bukannya saya makin pandai untuk menjawab tapi justru makin lihai untuk berkelit.

Diam-diam saya terus berpikir bagaimana jawaban paling tepat untuk menjawab pertanyaan itu. Sebuah jawaban yang singkat namun cukup mewakili apa yang saya pikirkan. Satu penjelasan yang tidak normatif dan tidak basi. Alasan yang masuk akal dan mampu dimengerti orang lain dengan gampang.

Dulu, pada Pemilu pertama setelah Reformasi, saya berpikir apa alasan yang akan dikatakan seorang yang aktivis- yang selama ini berseberangan dengan sistem - tiba-tiba mau mencalonkan diri sebagai calon anggota DPR. Bagi saya dan orang lain diluar dirinya tentu akan mudah berkata 'Yah, ternyata cuma begitu saja' atau 'Haus juga dia dengan uang dan kekuasaan'.

Lalu saya mendapat jawaban paling diplomatis, 'Saya harus masuk sistem karena dengan masuk sistem saya bisa merubah keadaan.'

Alasan itu begitu berkesan bagi saya hingga tahun-tahun kemudian. Namun ketika alasan yang sama terus digunakan oleh banyak orang dan dari tahun ke tahun korupsi di DPR dan pemerintahan makin merajalela, tentu jawaban seperti itu tidak lagi pantas untuk digunakan.

Maka ketika Denny Indrayana memutuskan menjadi staf khusus Presiden dengan mengatakan ingin melakukan perubahan dari dalam, apa yang bisa saya katakan selain : basi. Menurut saya Denny harus menemukan kalimat lain. Jawaban yang menyegarkan bagi siapapun yang mendengar.

Jadi saya masih terus berpikir jawaban yang bisa menjelaskan alasan saya untuk memutuskan menikah. Yang tidak normatif, tidak basi, tidak ikut-ikutan, dan tentu saja yang jujur mewakili apa yang ingin saya sampaikan.

Kadang sempat terpikir untuk menjawab, 'mungkin karena sudah jodoh'. Jawaban yang terkesan pasrah, religius, dan diplomatis. Tapi jawaban itu urung saya sampaikan. Selain karena basi, siapa yang tahu bahwa dialah jodoh saya? Bagimana mungkin saya bisa memutuskan menikah setelah tahu dialah jodoh saya? Bukankan jodoh hanya rahasia Ilahi?

Ada kala saya tergoda menjawab dengan kata cinta. Tapi seperti jawaban kenapa saya menikah, sesulit itulah saya harus menjelaskan kenapa saya mencintainya.

Saya lalu ingin menjawab dengan sesuatu yang lebih terukur. Seperti jawaban Cinta Laura atau selebritis-selebritis lain ketika ditanya pekerja Infotainment apa yang yang membuat mereka jatuh cinta atau menikah dengan pasangan. Cinta Laura menjawab He is so smart, handsome, perhatian, baik hati, bla...bla...bla..

Ha..ha..saya sangat sadar, bukan itu semua yang membuat saya memutuskan menikah.

Saya mencoba membandingkan pernikahan dengan fase-fase hidup yang pernah saya lalui sebelumnya. Dari TK, ke SD, saya naik ke SMP, lalu SMA, jadi anak kuliah, bekerja, dan sekarang hendak menikah.

Saya punya pilihan dalam setiap fase itu. Memilih sekolah mana, memilih untuk lanjut atau berhenti, memilih bekerja sebagai apa, memilih menikah atau tidak menikah, memilih menikah dengan siapa. Tentu semuanya tidak berdasar jodoh dan takdir semata.

Kenapa saya memilih A dan tidak memilih B? Untuk apa saya melakukan ini dan bukan melakukan itu? Kenapa saya melanjutkan ke SMA setelah lulus SMP? Kenapa saya memilih pekerjaan saya sekarang dan bukan pekerjaan lain? Lalu setelah semuanya kenapa saya memilih untuk menikah?

Ada satu garis merah untuk menggabungkan jawaban pertanyaan-pertanyaan itu. Saya ingin meningkatkan kualitas hidup.

Melanjutkan ke SMA setelah SMP tentu akan menambah ilmu saya, memberi peluang lebih besar untuk mencapai cita-cita saya, memperkaya jiwa dan mendewasakan pemikiran saya. Memilih untuk bekerja, tidak hanya berarti penghasilan bagi saya. Tapi juga kesempatan untuk berkiprah, mencari eksistensi diri.

Dan sekarang saya memutuskan menikah. Untuk sebuah peningkatan kualitas hidup. Yang terlihat maupun yang hanya bisa dirasakan, yang terukur atau yang tak pernah bisa terhitung.

10 comments:

ikram said...

Eh kok ada foto Mas Abdul??

Daydeh said...

selmata ya

Daydeh said...

sory, selamat atas foto itu.. tu...

Okky Madasari said...

Ikram : hahaha...surpriseee !!
daydeh : selamat buat foto? emang fotonya knapa? anyway thanks yaa...

ikram said...

Iya surprise. Ternyata calon suamimu mirip Mas Abdul Khalik, wartawan The Jakarta Post.

Memang sih ada saja orang yang mirip-mirip.

Anonymous said...

poto prewed ya?
lucu bangeeet

Anonymous said...

selamat ya Ky...:) fotonya keren... :)

Anonymous said...

foto prewed nya bagusss.....

Okky Madasari said...

thanks semua atas apresiasi fotonya, itu hasil kolaborasi ide yang sempurna dengan fotografer handal dedy priambodo. Tengkyyu bangget ya, brow!

ikot said...

eh iya ki... calon suami lo mirip abdul anak the jakarta post. hhihihihihih