Hari Jumat minggu terakhir bulan September 2008, sekaligus Jumat terakhir bulan Ramadan. Jangan-jangan lebih banyak orang yang menunggu datangnya hari ini dibanding hari Lebaran - Rabu minggu depan.
Sepanjang hari, jalanan macet. Dipadati pekerja yang pulang awal dari kantor agar bisa berangkat mudik. Di seputaran Monas, yang dikelilingi kantor-kantor pemerintahan, karyawan sudah mulai keluar sejak jam 11 siang. Sambil berdada-dada dan berkata : hati-hati di jalan, jangan lupa oleh-oleh ya..
Lalu perjalanan menuju puak dimulai.
Saya sengaja tidak berangkat ke kampung halaman hari ini, melainkan hari Minggu. Hanya sekedar alasan sepele, tidak ingin buru-buru dan masih ada yang harus dikerjakan di hari Sabtu.
Cukup aneh juga ketika saya menyaksikan teman-teman berpamitan satu persatu. Ke Jogja, ke Palembang, ke Padang, ke Bandung...hoho..dan sekarang ini, di ruangan besar ini hanya ada dua orang yang sedang duduk di depan komputer. Itupun saya rasa bukan untuk bekerja, tapi untuk menutupi kesendirian.
Hmm...sekarang saya tidak tahu mau menulis apa...(mungkin ini bagian dari mudik syndrome dan holiday syndrome)....
Oya, saya tiba-tiba kepikiran sesuatu.
Seorang pengusaha menghubungi menteri malam ini. Mereka merencanakan akan bertemu. Setelah mengobrol bla-bla-bla, disepakati pertemuan di masjid Istiqlal sambil sholat Ied. Si pengusaha akan menyerahkan uang 1 miliar ke Pak Menteri.
Mereka memilih hari itu, soalnya semua orang sedang sibuk dengan urusan Lebaran. Pasti amanlah. Lebaran-lebaran kan orang KPK juga pada libur. Lagian masak Lebaran-Lebaran mau nangkap orang.
Lalu, tibalah hari yang ditunggu. Mereka sholat Ied bersama di barisan belakang Presiden sambil serah terima tas kresek. Mereka tidak sadar, kalau diam-diam penyidik sudah ada di barisan sholat. Tak butuh lama, diringkuslah mereka. Di dalam masjid, di tengah barisan sholat, saat perayaan Idul Fitri.
Hohoho..sepertinya saya mulai ngelantur...(mungkin ini bagian dari KPK syndrome)...
Sejenak saya perlu melupakan KPK, kumis Pak Antasari, menghitung kapan Aulia Pohan jadi tersangka, dan melarikan diri dari keruwetan lalu lintas Jakarta.
Mungkin saya perlu berjalan kaki di rel tua pinggir sawah, makan nasi pecel dengan krupuk Mbandung warna merah...kembali menjadi bocah...
Saya rasa mudik tak lagi sekedar ritual, tapi satu kebutuhan.
Mungkin itulah makna paling nyata, kenapa Tuhan menciptakan Idul Fitri.
Memberi kita kesempatan, agar semua yang tak hakiki sejenak terlupakan.
Okky Mengucapkan
Selamat Idul Fitri
Mohon Maaf Lahir dan Bathin.
Mohon Maaf Lahir dan Bathin.
0 comments:
Post a Comment