NAGABONAR sengaja menahan anak-anak kecil yang tengah berusaha mengejar bola. Bonaga pun kebingungan sambil memandang bola tepat di depan kakinya.
“Tendang Bonaga, tendang ke gawang,” teriak Nagabonar sambil mengimbangi gerakan meronta empat anak
Tak tahu apa yang terjadi, Bonaga pun menuruti perintah Sang Ayah. Ditendangnya bola sekuat tenaga dan….
“Goool….!!!!”teriak Nagabonar seraya berjingkrak. Bonaga pun terhipnotis. Dia melonjak. Girang. Penuh semangat.
Dilepas jas yang dipakainya. Digulung kemeja putihnya hingga sepangkal lengan. Bonaga melanjutkan permainan. Lupa sudah ia pada pesawat yang telah menanti. Sesaat tak lagi hiraukan rencana proyek pendulang milyaran rupiah. Dia bermain bola. Di tengah perkebunan sawit, bersama ayahnya yang telah berbau tanah, dengan anak-anak yang masih bau kencur.
Sepotong kisah tersebut bisa dijumpai di film Nagabonar Jadi 2 yang saat ini tengah diputar di bioskop. Ketika menyaksikan premierenya pertengahan minggu lalu, adegan tersebut langsung menyita perhatian saya. Sebuah pembuka yang cukup memikat untuk mengantarkan ke adegan-adegan selanjutnya.
Kegirangan Bonaga saat berhasil menendang bola ke gawang menyentil kesadaran saya. Sosok sukses masa kini – muda, kaya, mapan, pengusaha papan atas, cerdas, lulusan luar negeri – menyimpan kerinduan yang begitu besar pada sepak bola. Permainan masa kecilnya. Sesuatu yang dulu selalu diperjuangkan, namun kini tak sempat dilakukannya karena ritme kehidupan yang dijalani saat ini.
******
“Manusia adalah makhluk yang bermain.”
“Pada setiap manusia dewasa selalu tersimpan jiwa kanak-kanak.”
Selintas, setiap mendengar kata-kata tersebut selalu saya teringat pada iklan ponsel Nokia sekitar 8 tahun silam. Saat itu, pabrikan ponsel asal Finlandia itu tengah meluncurkan produk terbaru berupa ponsel yang dilengkapi dengan fitur game.
Iklan menggambarkan bagaimana seorang businessman asyik bermain game di tengah suasana meeting. Ada juga visualisasi menarik dua orang dewasa tengah memainkan game ponsel di suatu taman bermain untuk anak-anak.
Entah karena kehadiran fitur game dibutuhkan oleh banyak orang ataukah iklannya yang berhasil memancing hasrat, ponsel nokia yang ditawarkan laris manis. Bahkan, ponsel Nokia seri 3310 mendapat predikat sebagai HP sejuta umat.
******
Dan hari itu kami semua kembali menjadi kanak-kanak.
Berteriak di atas kora-kora, menjerit di jet coster, dan kegirangan saat tubuh terbalik di atas kincir-kincir. Perahu kecil yang berjalan pelan pun tak memberi kepuasan sebelum tangan-tangan jahil bermain air dan membasahi pakaian kawan yang lain.
Kami makan es krim, memilih bando berhiaskan tanduk, juga mengamati boneka-boneka.
Kami menyetir mobil kecil bak pembalap sejati.
Hari itu di Dunia Fantasi. Tak ada lagi obsesi dan ambisi kehidupan. Tak perlu kenal norma dan aturan. Tak ada benar dan salah. Juga hak dan kewajiban. Lenyap malu dan takut.
Karena kami kanak-kanak.
*) Gambar diambil di Dunia Fantasi, Jakarta, akhir Maret 2007
2 comments:
Dunia anak adalah dunia keceriaan. dan banyak hal yang harus manusia dewasa pelajari dari..., Dunia anak.
*btw,foto-nya gbs muncul.
".. jadi kanak-kanak kembali
rasanya hidup tak ingin kulepaskan." begitulah khairil Anwar pernah berkata... dunia kanak dunia yang menakjubkan!
Post a Comment