Suatu malam di Plaza Senayan.
"Apa kenikmatan dalam hidupmu?"
Sesuatu yang adiktif, yang membuatmu ketagihan, membuatmu bahagia saat merasakannya, namun bak cacing meregang nyawa ketika terlambat mendapatkannya.
"Rokok, kopi, ganja, sabu-sabu, atau...bahkan seks,"
Hmm...pertanyaan yang cerdas. Saya tidak merokok tidak minum kopi dan bukan juga seorang pecandu. Seks? sebuah kenikmatan memang, tapi bagi seorang seperti saya yang belum jua bisa mendapatkannya secara rutin, tidak merasakannya pun tidak membuat saya terglepar-glepar.
Pertanyaan itu berhasil juga membuat saya berpikir. Seorang teman memiliki kecanduan yang sangat besar pada komik. Dia tidak akan pernah bisa makan tanpa memegang komik di tangan kirinya. Mungkin itulah kenikmatan baginya.
Ada juga seorang kawan yang begitu menggilai barang-barang bermerk. Belanja barang bermerk baginya bukanlah kebutuhan. Bukan pula demi menjaga prestise. Sesuatu yang dilakukan karena memang harus dilakukan. Jika tidak, kepalanya bisa pusing tujuh keliling.
Hendra He He, pencipta karakter Moboo dan mantan calon sarjana seni dari ISI, mengaku tak bisa hidup tanpa internet. Baginya internet tak ubahnya bagai agama. Google Tuhannya dan Yahoo yang menjadi nabinya. Yahoo Massenger tempat ibadahnya. Chatting dan Friendster sebagai ibadahnya.
Seorang wartawan yang meja kerjanya tepat di sebelah saya, berkata : aku suka menulis, kenikmatanku datang saat aku menulis. Saya diam tak membantah. Adakah kenikmatan itu hadir ketika segalanya telah menjadi tuntutan dan kewajiban?
Diskusi yang 'berat' menjelang long weekend. Saat-saat dimana saya paling enggan melihat layar komputer atau menyelesaikan membaca 'Posfeminisme' yang sudah dua minggu lalu saya beli namun tak jua beranjak dari halaman 20.
Yang terbayang hanyalah warna hijau, biru, dan kilatan blitz kamera.
Kenikmatan yang sudah dua bulan tidak saya dapatkan.
Oooops...!!!
Kenikmatan?
yaa... saya sudah seperti gelas penuh dengan air.
Jika isinya tak segera dikosongkan, akan terus membludak dan tak bisa menerima apa-apa lagi.
Alarm waktu saya telah berbunyi
Seakan berteriak : mana 'jatahnya' ?
Saya kecanduan.
Ternyata itulah kenikmatan bagi saya.
*) Picture by Yusuf Arifin. Pantai Kukup, Gunung Kidul. 18 Maret 2007
"Apa kenikmatan dalam hidupmu?"
Sesuatu yang adiktif, yang membuatmu ketagihan, membuatmu bahagia saat merasakannya, namun bak cacing meregang nyawa ketika terlambat mendapatkannya.
"Rokok, kopi, ganja, sabu-sabu, atau...bahkan seks,"
Hmm...pertanyaan yang cerdas. Saya tidak merokok tidak minum kopi dan bukan juga seorang pecandu. Seks? sebuah kenikmatan memang, tapi bagi seorang seperti saya yang belum jua bisa mendapatkannya secara rutin, tidak merasakannya pun tidak membuat saya terglepar-glepar.
Pertanyaan itu berhasil juga membuat saya berpikir. Seorang teman memiliki kecanduan yang sangat besar pada komik. Dia tidak akan pernah bisa makan tanpa memegang komik di tangan kirinya. Mungkin itulah kenikmatan baginya.
Ada juga seorang kawan yang begitu menggilai barang-barang bermerk. Belanja barang bermerk baginya bukanlah kebutuhan. Bukan pula demi menjaga prestise. Sesuatu yang dilakukan karena memang harus dilakukan. Jika tidak, kepalanya bisa pusing tujuh keliling.
Hendra He He, pencipta karakter Moboo dan mantan calon sarjana seni dari ISI, mengaku tak bisa hidup tanpa internet. Baginya internet tak ubahnya bagai agama. Google Tuhannya dan Yahoo yang menjadi nabinya. Yahoo Massenger tempat ibadahnya. Chatting dan Friendster sebagai ibadahnya.
Seorang wartawan yang meja kerjanya tepat di sebelah saya, berkata : aku suka menulis, kenikmatanku datang saat aku menulis. Saya diam tak membantah. Adakah kenikmatan itu hadir ketika segalanya telah menjadi tuntutan dan kewajiban?
Diskusi yang 'berat' menjelang long weekend. Saat-saat dimana saya paling enggan melihat layar komputer atau menyelesaikan membaca 'Posfeminisme' yang sudah dua minggu lalu saya beli namun tak jua beranjak dari halaman 20.
Yang terbayang hanyalah warna hijau, biru, dan kilatan blitz kamera.
Kenikmatan yang sudah dua bulan tidak saya dapatkan.
Oooops...!!!
Kenikmatan?
yaa... saya sudah seperti gelas penuh dengan air.
Jika isinya tak segera dikosongkan, akan terus membludak dan tak bisa menerima apa-apa lagi.
Alarm waktu saya telah berbunyi
Seakan berteriak : mana 'jatahnya' ?
Saya kecanduan.
Ternyata itulah kenikmatan bagi saya.
*) Picture by Yusuf Arifin. Pantai Kukup, Gunung Kidul. 18 Maret 2007
1 comments:
Kuingin berkomentar, khusus mengenai foto. Sangat subyektif dan individual komentarnya. Enggak tahu kenapa, aku lebih suka melihat foto nona ini sedang mengenakan kerudung, mungkin karena pertama kali bertemu ia sudah berkerudung. Lebih dari itu, lingkungan keluargaku memang berkerudung, jadi merasa lebih akrab kalo berhadapan dengan perempuan berjilbab
Post a Comment