TENTANG HIDUP
SAYA sedang berada di titik jenuh. Titik tertinggi dalam periode kali ini. Bukan yang pertama, dan saya yakin akan selalu datang entah enam bulan lagi, setahun lagu, atau mungkin sebulan lagi.. Yah..memang tidak pernah bisa ditebak... Toh, meski sudah tahu saat-saat seperti ini selalu berulang, saya tak sepenuhnya bisa menguasai diri, emosi, dan pikiran. Satu-satunya yang saya inginkan : mengemas tas, membawa kamera, dan pergi ke tempat yang indah, tenang, jauh dari peradaban dan segala rutinitas. Sebuah hal yang sulit dilakukan di saat seperti ini. Apalagi belum sebulan yang lalu saya mendapat libur lebaran yang cukup panjang...
***********
Akhir pekan lalu, di sebuah resto, saya berdiskusi panjang lebar dengan seorang kawan. Ada kata-kata dalam diskusi kecil itu yang cukup membuat kami tertawa lepas."...Dengan pekerjaan kita saat ini, kita termasuk lajang mapan lho..."katanya. Yeah, it's true. Saya pun mengakuinya. Sebagai lajang, saat ini penghasilan saya lebih dari cukup, bahkan bisa dibilang cukup besar. Bisa beli baju yang disukai, bisa ngumpulin kalung batu, bisa ke sport centre tiap minggu, dan bisa minum secangkir kopi seharga Rp 50 ribu di Sturbucks. Pada kesempatan liburan panjang, saya bisa beli tiket pesawat dan nginap di hotel untuk beberapa malam. Terus yang paling penting, sedikit-sedikit saya juga bisa membantu adik or ortu. Selain itu, dari luar mungkin kehidupan saya terlihat oke punya. Usia baru 22 tahun. Punya karier sesuai dengan harapan dari dulu. Kalaupun sampai sekarang belum jadi terkenal mungkin itu soal waktu..he..he... Kehidupan pribadi juga lumayan asyik. Paling ga di friendster bisa ngasih status in a relationship..he..he.. Tapi ya itu lho....ketika titik jenuh itu datang Saya merasa bukan semua ini yang saya inginkan. Saya merasa saat ini hidup saya sudah menjadi rutinitas.. meski saya mencintai profesi sebagai jurnalis. Saya sangat rindu suara ombak dan bau gunung.. Tapi saya juga bukan seorang 'pemberani' yang akan berkata : Uang tidak memberi saya kebahagiaan, saya ingin hidup tenang di ujung dunia.. Tidak. Saya bukan orang seperti itu juga.. Yah..segala sesuatu memang ada harganya. Dan setiap pilihan ada konsekuensinya.. Mungkin untuk saat ini harga secangkir kopi Sturbucks adalah suara ombak dan bau gunung...
SAYA sedang berada di titik jenuh. Titik tertinggi dalam periode kali ini. Bukan yang pertama, dan saya yakin akan selalu datang entah enam bulan lagi, setahun lagu, atau mungkin sebulan lagi.. Yah..memang tidak pernah bisa ditebak... Toh, meski sudah tahu saat-saat seperti ini selalu berulang, saya tak sepenuhnya bisa menguasai diri, emosi, dan pikiran. Satu-satunya yang saya inginkan : mengemas tas, membawa kamera, dan pergi ke tempat yang indah, tenang, jauh dari peradaban dan segala rutinitas. Sebuah hal yang sulit dilakukan di saat seperti ini. Apalagi belum sebulan yang lalu saya mendapat libur lebaran yang cukup panjang...
***********
Akhir pekan lalu, di sebuah resto, saya berdiskusi panjang lebar dengan seorang kawan. Ada kata-kata dalam diskusi kecil itu yang cukup membuat kami tertawa lepas."...Dengan pekerjaan kita saat ini, kita termasuk lajang mapan lho..."katanya. Yeah, it's true. Saya pun mengakuinya. Sebagai lajang, saat ini penghasilan saya lebih dari cukup, bahkan bisa dibilang cukup besar. Bisa beli baju yang disukai, bisa ngumpulin kalung batu, bisa ke sport centre tiap minggu, dan bisa minum secangkir kopi seharga Rp 50 ribu di Sturbucks. Pada kesempatan liburan panjang, saya bisa beli tiket pesawat dan nginap di hotel untuk beberapa malam. Terus yang paling penting, sedikit-sedikit saya juga bisa membantu adik or ortu. Selain itu, dari luar mungkin kehidupan saya terlihat oke punya. Usia baru 22 tahun. Punya karier sesuai dengan harapan dari dulu. Kalaupun sampai sekarang belum jadi terkenal mungkin itu soal waktu..he..he... Kehidupan pribadi juga lumayan asyik. Paling ga di friendster bisa ngasih status in a relationship..he..he.. Tapi ya itu lho....ketika titik jenuh itu datang Saya merasa bukan semua ini yang saya inginkan. Saya merasa saat ini hidup saya sudah menjadi rutinitas.. meski saya mencintai profesi sebagai jurnalis. Saya sangat rindu suara ombak dan bau gunung.. Tapi saya juga bukan seorang 'pemberani' yang akan berkata : Uang tidak memberi saya kebahagiaan, saya ingin hidup tenang di ujung dunia.. Tidak. Saya bukan orang seperti itu juga.. Yah..segala sesuatu memang ada harganya. Dan setiap pilihan ada konsekuensinya.. Mungkin untuk saat ini harga secangkir kopi Sturbucks adalah suara ombak dan bau gunung...
3 comments:
lajang mapan? ck..ck..ck..ck..
jangan lupa nabung!
mapan?
bolehlah..
terkenal?
haruskah?
jadi ingat film "13 going 30"
Post a Comment