About Me

My Photo
Okky Madasari
Menulis, memotret, merangkai nada, dan menikmati perjalanan adalah hobi tercinta saya. Blog ini hanya kamar penuh serakan gambar dan kata, jejak-jejak pengalaman dan peristiwa. Hak cipta tulisan dan gambar ada pada pemilik blog. Selamat membaca.
View my complete profile

Friday, July 07, 2006

DEMI SEBUAH LAMBAIAN TANGAN

Saya baru saja pulang dari Jogja, meliputi kunjungan SBY ke Sengon, Prambanan, dalam rangka menyerahkan bantuan senilai 1,2 trilyun untuk rehabilitasi dan rekonstruksi pasca gempa.

Dalam kesempatan itu, ada sesuatu yang mengetuk nurani saya. Seorang perempuan berusia lebih dari separuh baya, berdiri bersama gerombolan warga lainnya, dengan penuh kesabaran menanti kehadiran Pak Presiden. Teriknya matahari tak dihiraukannya. Begitu juga dengan jumlah orang yang semakin banyak yang membuatnya makin terdesak.
Orang-orang tersebut telah berjajar di pinggir jalan sejak pagi. Mereka mendengar informasi soal kehadiran Presiden di desa mereka sejak seminggu yang lalu. Merasa tidak ingin ketinggalan saat-saat istimewa untuk dapat melihat presiden secara langsung, mereka rela menunggu sejak pagi. Meninggalkan segala pekerjaan yang seharusnya mereka kerjakan.
Lain lagi cerita Ina, siswa kelas 3 SD Sengon. Dia telah berdandan sejak pagi untuk menunjukkan kebolehannya bernyanyi bersama kawan-kawannya di hadapan Presiden. Untuk membunuh rasa bosan, Ina berlari-lari dan bermain-main sambil sesekali melongokkan kepala ke jalan. Siapa tahu orang yang ditunggu-tunggu telah hadir.
Akhirnya, rombongan Presiden tiba juga. Kaca mobil Presiden dibuka dan Presiden melambaikan tangan. Seluruh warga masyarakat girang. Mereka membalas melambai sambil mengelu-elukan sang pemimpin negeri.
Seluruh warga Sengon adalah korban gempa. Rumah mereka hancur, demikian juga berbagai sarana umum lain seperti sekolah dan masjid.
Hari itu, seakan lupa dengan segala beban hidup yang menghimpit, semuanya tersenyum dan tertawa. Semua hany ingin melambaikan tangan dan dibalas dengan lambaian tangan.
Ina dan teman-temannya pun tak sempat menyanyi. Kecewa memang. Tapi toh dia cukup merasa puas juga dengan hanya bisa melihat Presiden.
Inilah cermin penduduk negeri ini. Tinggal di pedesaan dengan sederhana. Tanpa prasangaka dan tanpa curiga. Mereka tidak tahu politik dan tidak mengeri soal perebutan kekuasaan. Yang mereka butuhkan hanya kesempatan untuk tersenyum dan bahagia, siapapun presidennya.

0 comments: