Kau tak pernah benar-benar mencintai laut. Tak pernah kau rasakan gejolak rindu pada suara ombak atau bau garam. Pun tak pernah kau setia nantikan wujud terindahnya – saat perlahan emas dan lembayung terbentang di garis horizon.
Bagimu laut hanya sebuah keindahan yang itu-itu saja. Indah. Memang indah, tapi hanya seperti itu saja. “Sejauh apapun kau susuri tepinya, hanya akan begitu-begitu saja yang bisa kaulihat,” katamu waktu itu.
Lalu kau akan selalu membandingkan dengan gunung. Tentang perjalanan setapak demi setapak dengan berbagai keindahan yang – katamu - bukan itu-itu saja. “Tidak akan ada orang yang bosan mendaki gunung,” kamu meyakinkan.
Tapi kenapa kau tak juga bertanya kenapa aku begitu mencintai laut? Karena disanalah aku menemukan dirimu. Keindahan yang itu-itu saja....
Bagimu laut hanya sebuah keindahan yang itu-itu saja. Indah. Memang indah, tapi hanya seperti itu saja. “Sejauh apapun kau susuri tepinya, hanya akan begitu-begitu saja yang bisa kaulihat,” katamu waktu itu.
Lalu kau akan selalu membandingkan dengan gunung. Tentang perjalanan setapak demi setapak dengan berbagai keindahan yang – katamu - bukan itu-itu saja. “Tidak akan ada orang yang bosan mendaki gunung,” kamu meyakinkan.
Tapi kenapa kau tak juga bertanya kenapa aku begitu mencintai laut? Karena disanalah aku menemukan dirimu. Keindahan yang itu-itu saja....
Sanur, 24 Januari - Kuta 25 Januari
3 comments:
lumayan, Ky!
keren banget...sumpah, tulisan loe yang satu ini keren bgt. gw banget soalnya. tentang gw yang nga pernah sadar kalo (mungkin) bokin gw juga suka laut krn gw yang suka gunung cuma menawarkan keindahan yang itu-itu aja. thanks!
sepertinya benar-benar menggambarkan pecandu berat suara ombak nih :)
salam kenal
taufan
www://living-silence.blogspot.com
Post a Comment